SELAMAT DATANG!!!

Senin, 25 November 2013

PROSES MORFEMIS

Tugas:



MORFOOGI BAHASA INDONESIA






OLEH:
LINDAWATI
A1D1 11 083


PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA DAN DAERAH
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2012


PROSES MORFEMIS

A.    AFIKSASI

Afiks selalu berupa morfem terikat, dan dapat ditambahkan pada awal kata dalam proses yang disebut prefikasi, dalam akhir kata bisa disebut sufiksasi, untuk sebagian pada awal kata serta sebagian untuk sebagian pada akhir kata (konfiks, ambifiks, atau simulfiks) dalam proses yang disebut konfiksasi,ambifiksasi, atau simulfiksasi, atau di dalam kata itu sendiri sebagai suatu sisipan (infiks) dalam proses yag disebut infiksasi.
Contoh jenis afiks:
prefiks  : belajar, pengurus, terdapat, kedua
Sufiks   : akhiran, wartawan, bukumu
Konfiks : melakukan, menduduki, meperlihatkan, kelihatan, berdasarkan
Infiks    : gerigi, gemetar, telunjuk

B. REDUPLIKASI
Ada beberapa pendapat tentang definisi reduplikasi yang penulis peroleh. Salah satunya adalah JWM. Verhaar yang mengatakan bahwa reduplikasi merupakan proses morfemis yang membentuk pengulangan dari sebuah atau sebagian bentuk dasar. Pendapar Verhaar ini diperkuat lagi dengan pendapat M.Ramlan yang mengatakan reduplikasi sebagai satuan gramatik baik seluruh maupun sebagian baik dengan variasi fonem maupun tidak. Dari kedua pendapat di atas dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa reduplikasi harus memiliki unsur
1. Terjadinya perulangan dari suatu bentu dasar.
2. pengulangan bentuk dasar bias terjadi secara penuh ataupun parsial.
3. pengulangan bias terjadi dengan variasi fonem ataupun tidak.

a. Jenis Reuplikasi
Ada beberapa jenis reduplikasi yang dikem,ukakan oleh ahli-ahli linguistic. Verhaar membagi reduplikasi menjadi dua yaitu reduplikasi keseluruhan dan reduplikasi parsial. Reduplikasi keseluruhan adalah reduplikasi yang proses pengulangannya terjadi secara menyeluruh dari suatu bentuk dasar. Sebagai contoh leksem makan menjadi makan-makan, rumah menjadi rumah-rumah. Sedangkan reduplikasi parsial adalah reduplikasi yang pengulangaanya hanya sebagaian dari suatu bentuk dasar. Sebagian tersebut bias di awal maupun diakhir bentuk dasar yang mengalami reduplikasi. Sebagai contoh adalah leksem luhur menjadi luluhur kemudian mengalami penyederhanaan menjadi leluhur.
Lain Halnya dengan Harimurti Kridalaksana. Harimurti membagi reduplikasi menjadi dua kelompok yaitu dari sudut pandang kajian yang meliputi reduplikasi fonologis, morfologis, dan sintaksis. Di samping iti harimurti juga mengelompokkan reduplikasi sesuai dengan bentuknya yaitu reduplikasi dwipurwa, dwilingga, dwilingga salin swara, dwiwasana, dan trilingga.
        Reduplikasi fonologis adalah reduplikasi yang pengulangannya terjadi pada tataran fonologis atau bunyi. Reduplikasi jenis ini tidak mengalami pengulangan leksem sehingga tidak menimbulkan mkna baru. Reduplikasi morfemis adalah reduplikasi pada ta6taran morfologi yang mengakibatkan pengulangan suatu leksem. Pemngulangan ini mengakibatkan timbulnya sebuah makna baru. Reduplikasi sintaksis adalah proses yang terjadi atas leksem yang menghasilkan satuan yang berstatus klausa. Reduplikasi jenis ini sudah dihubnfngkan dengan penggunaannya dalam klausa.
Reduplikasi dwipurwa adalah pengulangan suku kata pertama oada sebuah leksem dengan pelemahan vocal. Contoh:
Tangga → tatangga → tetangga
Tamu → tatamu → tetamu
Sama → sasama → sesame
Reduplikasi dwilingga yaitu terjadinya pengulangan leksem secara utuh. Contoh
Rumah → rumah-rumah
Makan → makan-makan
Pagi → pagi-pagi
Reduplikasi dwilingga salin swara adalah reduplikasi dengan pengulangan leksem deang variasi fonem. Contoh:
Coret → corat-coret
Balik → bolak-balik
Senyum → senyam-senyum
Reduplikasi dwiwasana adalah pengulangan bagian belakang dari leksem yang diulang. Contoh:
Pertama → pertama-tama
Sekali → sekali-kali
Perlahan → perlajan-lahan
Reduplikasi Trilingga yaitu reduplikasi tiga bentuk. Redupolikasi jenis ini pada umumnya pengulangan anomatope atau peniruan bunyi dengan variasi fonem. Contoh
Dor → dar-der-dor
Ramlan membagi reduplikasi memjadi empat yaitu pengulangan seluruh, pengulangan sebagian, pengulangan berimbuhan, dan pengulangan dengan perubahan fonem.pengulangan seluruh versi Ramlan ini sama dengan reduplikasi dwilingga yang dikemukakan oleh Harimurti. Pengulangan sebagian berhubungan dengan dwipurwa dan dwiwasana versi harimurti atau pengulangan parsial versi Verhaar.
        Dari beberapa pendapat di atas dapat kami sarikan tentang jenis kata ulang atau reduplikasi yaitu:
1. Reduplikasi utuh atau seluruh yaitu redupliasi yang proses pengulangannya terjadi pada                keseluruhan bentuk dasar atau leksem yang diulang.
2. reduplikasi sebagian yaitu reduplikasi yang pengulangannya terjadi hanya sebagian dari bentuk dasar atau leksem yang diulang. Sebagian dari bentuk dasar tersebut bias pengulangan hanya pada bagoian depan ataupun bagian belakang.
3. Reduplikasi berubah bunyi yaitu reduplikasi yang pengulangannya mengakibatkan variasi fonem.
4. Reduplikasi berafiks atau berimbuhan yaitu reduplikasi yang mendapatkan imbuhan   baik berupa prefiks, infiks, sufiks, ataupun konfiks.Makna Reduplikasi
Makna reduplikasi merupakan makna tambahan yang dihasilkan dari adanya proses morfologis yang membentuk sebuah pengualangan dari sebuah bentuk dasar. Dari beberapa data yang ada, penulis ingin menampilkan beberapa makna dari kata ulang. Makna-makna tersebut adalah:
1. Pekerjaan yang dilakukan sungguh-sungguh (intensif) Contoh: Jangan diangkat-angkat lagi barang itu.
2. Pekerjaan yang dilakukan sambil lalu. Contoh: Adik suka tidur-tiduran di lantai
3. pekerjaan yang dilakukan berkali-kali. Contoh: Mereka tertawa-tawa saat mendengarkan cerita lucu.
4. berbalasan (resiprokal). Contoh: Kedua orang itu cubit-cubitan.
5. yang memiliki sifat yang dikemukakan bentuk dasarnya lebih dari satu. Contoh:
Anak-anak pak Romli cantik-cantik.
6. ketidakpastian Contoh: Kami tidak boleh mengerjakan soal itu secara untung-untungan.
7. jamak atau banyak. Contoh: Pohon-pohon di sepanjang Jlan Sudirman akan ditebang.
8. bermacam-macam. Contoh: Saat hari raya semua orang berpakaian warna-warni yang meriah.
9. variasi hal. Contoh: Jari-jemari Novi amat lentik.
10. segala macam Contoh: dukun itu meminta sesajian dari kembang tujuh rupa.
11. segala macam yang di- Contoh: Banyak tumbuh-tumbuhan yang tumbuh di hutan tropis.
12. yang dianggap. Contoh: leluhur bangsa Indonesia adalah orang pemberani
13. ketdaktentuan Contoh: Coba kamu tanyakan soal itu kepada siapa-siapa saja yang kamu inginkan.
14. yang bertindak sebagai Contoh:
Meskipun sudah bapak-bapak, gaya pak Amir masih seperti anak muda.
15. menyerupai / mirip Contoh: langit-langit rumah kami sedang diperbaiki.
16. melakukan sesuatu mirip dengan sifat Contoh: andi dan temannya sedang bermain kucing-kucingan di samping rumah.
17. kumpulan berbagai jenis Contoh: Susi lebih suka dengan makanan yang berasal dari umbu-umbian.
18. keheranan Contoh: Apa-apan sih, kok kamu aneh begitu?
19. beberapa Contoh: Berpuluh-puluh mahasiswa berkumpul di depan kantor rector.
2.3. Ciri -Ciri Bentuk Reduplikasi
        Ada beberap ciri bentuk Reduplikasi dalam bahasa Indonesia. Ciri-ciri tersebut adalah:
1. Reduplikasi tidak mengubah golongan kata bentuk dasar yang diulang. Dengan kata    lain kelas bentuk dasar kata ulang tersebut masih sama dengan setelah terjadi pengulangan. Sebuah nomina apabila diulang maka akan menjadi nomina pula.
Contoh:
Rumah : Rumah-rumah
Berkata: Berkata-kata
Cepat :cepat-cepat
Keempat: keempat-empat
Merah: kemerah-merahan
2. Bentuk dasar kata ulang berupa satuan satuan yang terdapat dalam penggunaan bahasa. Sebagai contoh adalah kalimat Irma memukul-mukulkan tongkat itu ke bangku.
Reduplikasi memuku-mukulkan memiliki kesempatan bentuk dasarnya berupa *memukul, *mukulkan, dan memukulkan. Kata memukul merupakan bentuk tak terterima seperti halnya mukulkan. Jadi jelas, kata ulang memukul-mukulkan berasal dari kata dasar memukulkan karena bentuk memukulkanlah yang terterima.
Contoh lain adalah  mengata-ngatakan berasal dari mengatakan bukan *mengata atau *ngatakan. Berdesak-desakan berasal dari berdesakan bukan *berdesak atau *desakan.
3. Proses bentuk reduplikasi berafiks mungkin
a. Proses reduplikasi dan afiksasi terjadi bersamaan.
Contoh -ton ber + R berton ton Pada kasus ini ber- dan reduplikasi ton-ton terjadi secara bersamaan karena bentuk *ton ton tidak terterima dalam bahasa Indonesia.
b. proses afiksasi terjadi lebih dahulu baru proses reduplikasi.
Contoh: lari berlari berlari-lari mingat mengingat mengingat-ingat
c. Proses reduplikasi terjadi lebih dahulu baru proses afiksasi.
Contoh: mobil Mobil-mobil mobil-mobilan , robot robot-robot robot-robotan
Di sini tampak jelas bahwa mobil dan robot mengalami proses reduplikasi terlebih dahulu. Dalam bahasa Indonesia *robotan dan *mobilan tidak terterima.
4. sifat reduplikasi bias bersifat paradigmatic dan juga bias derivasional.
5. Reduplikasi dapat berupa semantic yaitu reduplikasi yang tersusun dari dua kata yang maknanya bersinonim yang membentuk satu kesatuan. Misalnya:
Hancur-luluh
Terang-benderang
Gelap-gulita


C.KOMPOSITUM / KOMPOSISI
Kata majemuk atau kompositum adalah  gabungan morfem dasar yang seluruhnya berstatus sebagai kata yang  mempunyai pola fonologis, gramatikal, dan semantis yang khusus menurut kaidah bahasa yang bersangkutan (KBBI).
Kata majemuk juga memiliki pengertian gabungan dua kata atau lebih yang memiliki struktur tetap, tidak dapat di sisipi kata lain atau dipisahkan strukturnya karena akan memengaruhi arti secara keseluruhan.Kata majemuk juga memiliki ciri gabungan kata yang bisa membentuk makna baru.
Contoh: rumah makan.
Makna kata secara leksikal adalah “rumah (yang/sedang) makan”, tetapi makna ini tentu tidak logis, jadi secara gramatika makna yang terbentuk berbeda dari makna leksikal pembentuknya.
a.Jenis-jenis kompositum :
Beberapa jenis kompositum menurut Harimurti :
1. Kompositum subordinatif substantif (tipe A)
   2. Kompositum subordinatif atributif (tipe B)
   3.  Kompositum koordinatif (tipe C)
   4.  Kompositum berproleksem (tipe D)
   5.  Kompositum sintetis (tipe E)
Contoh untuk tipe-tipe di atas antara lain sebagai berikut:
    a) Tipe A: anak air, bibir cawan, buah hati, kepala keluarga, mata panah, perut bumi,   suku kata, dan tangan baju.
    b) Tipe B: banyak akal, banyak bicara, bebas tugas, berat hati, gelap hati, hilang akal, campur tangan, buruk hati, datang bulan, mati rasa, naik gaji, kurang darah, lepas tangan, panjang umur, ringan tangan, patah tulang, senang hati, tipis harapan, tunarungu, dan tebal muka.
   (c) Tipe C: adat istiadat, aman sejahtera, panjang lebar, besar kecil, ayah ibu, basah kuyup, anak cucu, dan ambil alih. Di sini disebutkan contoh ayah ibuyang berpola ‘a pria, b wanita’. Jika dibandingkan dengan bapak ibu, sebenarnya contoh ini tidak berbeda, namun konteks kalimatlah yang membedakan kedua kata ini sebagai kompositum dan frase.
   (d) Tipe D: asusila, bilingualisme, metafisika, makro-ekonomi, dan semifinal.
    (e) Tipe E: geofisika, sentimeter, dan psikologi.

    kompositum subordinatif menjadi bagian yang lebih khusus, yaitu:
a) Subordinatif bebas:
Idiom  kutu buku dan kambing hitam
Non-idiom  basah kuyup dan peran serta
b) Subordinatif terikat:
Idiom  banting tulang dan darah dingin
Non-idiom  limpah ruah dan salah guna
c) Kompositum yang mengandung pengulangan  satu padu, hina dina, kaya raya, dan adat istiadat.
    kompositum koordinatif, Harimurti membaginya menjadi:
a) Koordinatif bebas:
Idiom  tanah air dan darah daging
Non-idiom  sunyi senyap dan cantik jelita
b)Koordinatif terikat:
Idiom  tidak ada contoh
Non-idiom  sebar luas, kembang biak, lipat ganda
c) kompositum berproleksem  amoral, antar-bangsa, hipotaksis, dan paranormal.
b. Kata majemuk yang lazim ditulis terpisah:
Benar    Salah
   
air mata    airmata
beri tahu    beritahu
kereta api    keretaapi
kerja sama    kerjasama
mata pelajaran    matapelajaran
meja tulis    mejatulis
model linear    modellinear
orang tua    orangtua
persegi panjang    persegipanjang
rumah sakit    rumahsakit
simpang empat    simpangempat
tanggung jawab    tanggungjawab
terima kasih    terimakasih


c. Kata majemuk yang ditulis terangkai
Benar    Salah
acapkali    acap kali
adakalanya    ada kalanya
kacamata    kaca mata
apalagi    apa lagi
barangkali    barang kali
beasiswa    bea siswa
belasungkawa    bela sungkawa
bilamana    bila mana
bumiputra    bumi putra
daripada    dari pada
kasatmata    kasat mata
manakala    mana kala
peribahasa    peri bahasa
radioaktif    radio aktif
segitiga    segi tiga
sekalipun    sekali pun
sukacita    suka cita
sukarela    suka rela
waralaba    wara laba

d.Ciri-ciri yang membedakan kata majemuk dari frase:
1.  Ketaktersisipan, yaitu komponen-komponen kompositum tersebut tidak dapat disisipi apa pun. Harimurti member contoh kata alat negara. Kata ini masih bisa disisipi partikel dari sehingga menjadi alat dari negara. Jadi, kate ini bukan kata majemuk, melainkan frase.
2.Ketakterluasan, yaitu komponen-komponen kompositu tersebut tidak dapat diafiksasi dan dimodifikasi. Jika terjadi perluasan, itu pun hanya mungkin untuk semua komponen sekaligus. Contoh yang diberikan adalah kereta api yang dapat dimodifikasi menjadi perkeretaapian.
3.Ketakterbalikan, yaitu komponen-komponen tersebut tidak dapat dipertukarkan. Menurutnya, bapak ibu, pulang pergi, dan lebih kurang bukanlah komposisi melainkan frase koordinatif karena dapat dibalikkan. Arif bijaksana, hutan belantara, dan bujuk rayu barulah disebut kompositum karena tidak dapat dibalikkan.
Jadi, menurut Harimurti, jika tidak memenuhi ciri-ciri di atas, bentuk tersebut bukan kompositum, melainkan frase.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar