SELAMAT DATANG!!!

Selasa, 08 Oktober 2013

struktur kalimat inversi bahasa kepulauan tukang besi dialek tomia #

Nama          : Lindawati
Stambuk       : A1D1 11 083
Prodi         : PBSID









NAMA                               :   MIMIN YULI           
NOMOR STAMBUK        :   A1D3 09 173
PROGRAM STUDI           :  PBSID
JUDUL PENELITIAN       :  STRUKTUR KALIMAT INVERSI BAHASA                       
                                                KEPULAUAN TUKANG BESI DIALEK
                                                TOMIA
DOSEN PEMBIMBING   : 1. Prof. Dr. La Ode Sidu Marafad, M.S
                                            2. Dra. Erny Harijati, M.Hum
Tahun skripsi      : 2013


ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa salah satu sarana komunikasi yang berperan penting adalah bahasa dan salah satu bahasa yang ada di Indonesia adalah bahasa Kepulauan Tukang Besi dialek Tomia. Berdasarkan hal tersebut, maka masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah bagaimanakah struktur kalimat inversi bahasa Kepulaun Tukang Besi dialek Tomia? Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan bagaimana struktur kalimat inversi bahasa Kepulauan Tukang Besi dialek Tomia. Manfaat penelitian ini adalah sebagai pembinaan, pengembangan dan salah satu kontribusi dalam rangka pelestarian bahasa daerah khususnya BKTB dalek Tomia, sebagai salah satu bahan referensi bagi yang berminat mempelajari struktur kalimat inversi BKTB dialek Tomia, dapat dijadikan sebagai pilihan bagi kepentingan pembelajaran terutama di kelas permulaan di lingkungan pemakaian BKTB dialek Tomia khususnya lembaga pendidikan yang memberlakukan kurikulum muatan lokal.
Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan, metode yang digunakan adalah metode deskriptif, data dalam penelitian ini data lisan dan data tulis. Sumber data adalah tuturan informan di lapangan, metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode simak dan metode cakap, teknik pengumpulan data yang digunkan adalah teknik rekam, catat, intropeksi dan triangulasi. Teknik analisis data menggunakan teknik Pilah Unsur langsung dan tekik balik dengan menggunakan pendkatan struktural.
Dari hasil analisis penelitian dapt disimpulkan bahwa struktur kalimat inversi terdiri dari fungsi yang berpola P-S, P-O-S, P-Pel-S, P-S-K, P-O-S-Pel dan P-O-S-K. Peran kalimat-kalimat tersebut, predikat kebanyakan memiliki peran aktif namun ada juga yang memiliki peran pasif. Subjek berpera sebagai penderita, pelaku, reseptif, penindak dan sasaran. Objek memiliki peran sasaran, pasien, penderita, lokatif. Keterangan menempati peran lokatif, temporal. Pelengkap menempati peran sasaran, pasien, aktif, dan posesif. Kategori meliputi frase nomina (FN), frase verba (FV), frase keterangan (FKet) dan frase preposisi (FPrep).

I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Bahasa berperan penting dalam kehidupan manusia sebagai alat komunikasi. Manusia sebagai anggota masyarakat, hampir tidak pernah lepas dari peristiwa komunikasi baik yang bertindak sebagai komunikator (pembicara atau penulis) maupun sebagai komunikan (mitra bicara, penyimak, pendengar atau pembaca). Gorys keraf (2001:1) menyatakan dalam berkomunikasi, manusia memerlukan sarana untuk mengungkapkan ide, gagasan, isi pikiran, maksud dan realitas. Salah satu sarana untuk memenuhi kebutuhan tersebut adalah bahasa. Tanpa bahasa manusia tidak bisa berinteraksi dengan baik, karena segala macam kegiatan dalam masyarakat akan lumpuh, sehingga fungsi bahasa dalam berkomunikasi sangat penting. Salah satu sarana komunikasi dapat berupa kalimat. Kalimat merupakan abstraksi dari tuturan yang dituturkan manusia disertai dengan intonasi nada dan tekanan tertentu.
Struktur kalimat inversi BKTB sepengetahuan peneliti belum pernah diteliti. Oleh karena itu, peneliti sebagai penutur asli BKTB dialek Tomia, merasa terdorong untuk mengkajinya, khususnya yang berkaitan dengan struktur kalimat inversi. Struktur yang dimaksud ditinjau berdasarkan ciri sintaksisnya yakni fungsi, peran dan kategorinya.
1.2    KAJIAN TEORI
1.2.1 Pengertian Kalimat
Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995: 343), kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final dan secara aktual ataupun potensial terdiri atas klausa. Hal ini sejalan dengan pandangan yang dikemukakan oleh Keraf (dalam Nurhadi, 1995: 320) bahwa kalimat adalah bagian ujaran yang didahului dan diikuti oleh kesenyapan sedangkan intonasinya menunjukan bahwa bagian ujaran itu sudah lengkap.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kalimat adalah suatu pernyataan yang lengkap yang di dalamnya mencakup:
1.    Rentetan kata atau rangkaian kata-kata.
2.    Intonasi yang meliputi unsur tekanan, nada, tempo dan jeda.
3.    Berisi suatu makna atau arti.

1.2.2    Struktur Kalimat
Dalam sintaksis bahasa Indonesia, struktur adalah pengaturan pola-pola fonem, kata-kata atau kelompok kata, dan kalimat. Dengan demikian struktur kalimat adalah susunan kalimat dan aturan berbagai unsur bahasa masing-masing pola kalimat (Sugono dalam Nonasia 2002 : 7). Sugono membagi enam pola kalimat yaitu S-P-O-K, S-P-O-Pel, S-P-O, S-P-Pel, S-P-K, dan S-P.
Sedangkan menurut Comrie (dalam Paria, 2000 : 9) mengatakan bahwa di dalam pembentukan atau penyusunan kalimat, setiap bahasa mempunyai topologi atau pola kalimat bahasa-bahasa di dunia ini dibagi atas tujuh seperti SPO, PSO, OSP, SOP, POS, OPS, susunan atau urutan bebas.
1.2.3    Unsur-unsur Kalimat
a.    Subjek
Subjek merupakan fungsi sintaksis terpenting yang kedua setelah predikat (Alwi et.al., 2000:327). Bagian subjek kalimat sangat menentukan kejelasan makna, sebuah kalimat yang posisi atau letaknya kurang tepat dalam kalimat dapat menyebabkan kekaburan makna kalimat tersebut. Pada umumnya subjek dapat berupa nomina, frasa nomina atau klausa. Adapun ciri-ciri subjek:
1.    Jawaban apa atau siapa,
2.    Didahului kata bahwa,
3.    Tidak dapat diikrarkan dengan kata tidak, tetapi dapat dengan kata bukan (Widjono, 2007:148).
Contoh:
a.    Harimau   binatang liar.
S     P
b.    Predikat
    Alwi et.al. (2000:326), menyatakan bahwa predikat merupakan konstituen pokok yang disertai konstituen subjek di sebelah kiri dan jika ada konstituen objek, pelengkap dan atau keterangan wajib di sebelah kanan. Predikat kalimat biasanya berupa frasa nominal, frasa numeral, atau frasa preposional, di samping frasa verbal dan frasa adjektival. Ciri-ciri predikat menurut Widjono (2007:149) adalah sebagai berikut:
1.    Jawaban mengapa, bagaimana.
2.    Dapat diikrarkan dengan kata tidak atau bukan.
Perhatikan contoh berikut.
a.    Adiknya ada lima
c.    Objek
Objek adalah konstituen kalimat yang kehadirannya dituntut oleh predikat yang berupa verba transitif pada kalimat aktif (Alwi at.al., 2000:328). Letaknya selalu langsung predikat. Dengan demikian, objek dapat dikenali dengan memperlihatkan (1) jenis predikat yang dilengkapinya dan (2) cirri khas objek itu sendiri. Verba transitif biasanya ditandai oleh kehadiran afiks tertentu. Sufiks –kan dan –i serta prefix mem- umumnya merupakan pembentuk verba transitif. Ciri-ciri umum objek menurut Widjono (2007:150) adalah sebagai berikut:
1.    Berupa kata benda,
2.    Tidak didahului kata depan,
3.    Mengikuti secara langsung di belakang predikat transitif,
Perhatikan contoh berikut.
a.    Morten menundukan Morgan.
d.    Keterangan
    Alwi et.al. (2000:330), menyatakan bahwa keterangan merupakan fungsi sintaksis yang paling beragam dan paling mudah berpindah letaknya. Keterangan dapat berada di awal, di akhir dan bahkan di tengah kalimat. Pada umumnya, kehadiran keterangan dalam kalimat bersifat manasuka. Konstituen keterangan biasanya berupa frasa nominal, farasa preposional atau frasa adverbal. Perhatikan contoh berikut.
a.    Adik membaca buku di perpustakaan. (keterangan tempat)
e.    Pelengkap
Orang sering mencampuradukkan pengertian objek dan pelengkap. Hal ini dimengerti karena antara dua konsep itu memang terdapat kemiripan. Baik objek maupun pelengkap sering berwujud nomina dan keduanya juga sering menduduki tempat yang sama, yakni di belakang verba. Perhatikan contoh berikut.
a.    Dia mendagangkan barang-barang elektronik di Jakarta.
1.    Fungsi
Fungsi akan menjadi jelas jika diperhatikan tabel berikut.
Tabel 1.1 Pola Kalimat Dasar
Fungsi     

           Tipe         Subjek    Predikat    Objek    Pelengkap    Keterangan
                   
S-P     Orang itu     Sedang tidur    -    ¬-    -
     Saya     Mahasiswa    -    -    -
S-P-O     Ayahnya     Membeli     Mobil baru    -    -
     Rani     Mendapat     Hadiah    -    -
S-P-Pel     Beliau     Menjadi    -     Ketua koperasi    -
     Pancasila     Merupakan    -     Dasar Negara    -
S-P-Ket     Kami     Tinggal    -    -     Di Jakarta
     Kecelakaan itu     Terjadi    -    -     Minggu lalu
S-P-O-Pel     Dia     Mengirimi     Ibunya     Uang    -
     Dian     Mengambilkan     Adiknya     Air minum    -
S-P-O-Ket     Pak Raden     Memasukan     Uang    -     Ke Bank
     Beliau     Memperlakukan     Kami    -     Dengan baik

2.    Peran
Parera (dalam Sidu 1996:45) menyatakan bahwa ada beberapa macam peran semantis unsur-unsur kalimat.
1.    Peran Pelaku
Peran pelaku berkaitan dengan subjek atau objek. Peran pelaku adalah partisipan yang melakukan suatu pekerjaan. Misalnya, Burung sedang membuat sarang.
2.    Peran Penderita/pasien
Peran penderita/pasien dimiliki oleh objek yang dikenai suatu pekerjaan, peristiwa atau kejadian. Misalnya, Basri merangkai bunga.
3.    Peran Aktif
Peran aktif adalah peran yang menyatakan tindakan aktif. Contoh Dina menulis surat.
3.    Kategori
Menurut Kridalaksana (1991: 84) menyatakan bahwa kategori adalah bagian dari suatu sistem klasifikasi, hasil pengelompokan unsur-unsur bahasa yang menggambarkan pengalaman manusia, golongan suatu bahasa yang anggota-anggotanya mempunyai perilaku sintaksis dan hubungan yang sama.
Berbicara tentang kategori, maka kita berbicara kaidah frase. Dalam penelitian pengkategorian mengacu pada pendapat J.S Badudu yang mengatakan bahwa dalam bahasa Indonesia kita mengenal frase nomina (nominal), frase verba (verbal), frase preposisi (preposional), frase numeralia (numeral), frase adjektiva (adjektival).
Sejalan dengan kategori kata, terdapat kategori frase yang dibedakan berdasarkan unsur-unsur utamanya sebagai berikut:
1.2.4 Kalimat Berdasarkan Pola Subjek-Predikat
Kalimat yang dilihat dari struktur subjek dan predikatnya dapat dibagi menjadi 2 jenis (Soedjito, 2012: 81), yaitu:
A.    Kalimat Inversi
Menurut Harimuti Kridalaksana (2001:85) dalam Kamus linguistik, inversi adalah perubahan urutan bagian-bagian kalimat. Dalam struktur inversi, predikat dibalik (dipindah) urutannya di sebelah kanan subjek (Sumarlam, 2007:88). Jadi, kalimat inversi ini dicirikan dengan adanya kata predikat yang mendahului kata objek. Kalimat inversi biasanya dipakai untuk penekanan atau ketegasan makna. Kalimat pada unsur di bawah ini merupakan kalimat normal atau biasa yang berpolakan S-P-O-K-K.
1.    (a) Tiba     kemarin     Ibu     di Malang
P     K     S     K
V    N    N    Fprep
kalimat (1a) menghasilkan kalimat inversi yakni pola kalimat P-K-S-K. Pada struktur kalimat inversi yang berpola P-K-S-K masing-masing menduduki peran dan kategori yang berbeda-beda. Pada kata Tiba ‘tiba’ menduduki fungsi P dengan menempati peran aktif, mempunyai kategori verba (V), kemarin ‘kemarin’ menduduki fungsi K dengan menempati peran temporal yakni peran partisipan yang menyatakan waktu mempunyai kategori nomina (N), kata Ibu ‘Ibu’ menduduki fungsi S dengan menempati peran reseptif yakni peran yang menyatakan subjek mengalami keadaan psikologis dari P dan mempunyai kategori nomina (N), di Malang ‘di Malang’ menduduki fungsi K dengan menempati peran lokatif yakni peran partisipan yang menyatakan tempat, mempunyai kategori frasa prep (Fprep).
B.    Kalimat Biasa
Kalimat biasa merupakan kalimat yang fungsi subjek dan predikatnya berurutan biasa, yakni subjeknya mendahului predikat. Misalnya:
1.    Metode berpidato ada empat macam, yaitu serta merta, hafalan, berdasarkan naskah dan tanpa naskah.
2.    Bentuk awalan ter-, ada tiga macam, yaitu ter-, te- dan tel-



















II
METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

2.1    Jenis dan Metode Penelitian
2.1.1    Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini termasuk penelitian lapangan kerena peneliti langsung ke lapangan atau ke lokasi penelitian untuk memperoleh data yang diperlukan sesuai dengan masalah penelitian.

2.1.2    Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yang mengandung arti bahwa penelitian ini dilakukan berdasarkan fakta yang ada dan fenomena yang secara empiris masih hidup pada masyarakat penuturnya (Sudaryanto: 1992:62).
2.2    Data dan Sumber Data
2.2.1    Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data lisan dan data tulis yang berupa tuturan-tuturan yang bersumber dari penutur asli BKTB dialek Tomia dan data tulis, khususnya Desa Likuumbua Usuku, karena desa tersebut sebagian penuturnya menggunakan bahasa yang memuat kalimat inversi, sehingga memudahkan peneliti dalam melakukan penelitian yang berkaitan dengan struktur kalimat inversi bahasa Kepulauan Tukang Besi dialek Tomia.
2.2.2 Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini berasal dari informan. Untuk menjaga keaslian data dalam penelitian ini, maka yang menjadi informan adalah yang memenuhi kriteria sebagai berikut:
1.    Penutur asli bahasa yang diteliti.
2.    Komunikatif sehingga mudah memahami apa yang diajukan peneliti.
3.    Informan yang tidak berpendidikan sekurang-kurangnya berumur 40 tahun (karena pengalamannya) sedangkan informan yang berpendidikan, sekurang-kurangnya berumur 20 tahun (Sudaryanto dalam Konisi, 2002:12)

2.3    Instrumen Penelitian
Instrumen merupakan alat yang digunakan untuk melakukan sesuatu, sedangkan penelitian memiliki arti pemeriksaaan, kegiatan, pengumpulan, pengolahan, analisis dan penyajian data secara sistematis dan objektif. Instrumen merupakan hal yang paling penting dalam kegiatan penelitian. Hal ini karena perolehan suatu informasi data relevan atau tidaknya tergantung pada alat ukur tersebut. Maka, dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai instrumen kunci, karena peneliti merupakan penutur asli bahasa yang diteliti.
2.4    Metode dan Teknik Pengumpulan Data
2.4.1 Metode Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data, maka metode yang digunakan adalah metode simak dan metode cakap. Metode simak yaitu metode yang digunakan untuk memperoleh data dengan cara menyimak setiap pembicaraan informan. Metode cakap yaitu metode yang digunakan untuk memperoleh data lisan dengan cara mengadakan kontak langsung dengan informan. Kontak langsung yang dimaksud adalah kontak langsung secara verbal (secara lisan).

2.4.2 Teknik Pengumpulan Data
Sejalan dengan metode di atas, maka untuk memenuhi syarat kevalidan, maka dalam pengumpulan data penelitian menggunakan beberapa teknik, yaitu:
1.    Teknik rekam, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara merekam tuturan informan dengan menggunakan alat rekam dengan pertimbangan bahwa data yang diteliti adalah data lisan.
2.    Teknik catat, yaitu data yang terkumpul dicatat dan dilanjutkan dengan mengklasifikasi data. Data yang ada hubungannya dengan masalah penelitian ditata secara teretur dan sistematis.
2.5    Metode dan Teknik Analisis Data
2.5.1    Metode Analisis Data
Dalam menganalisis data, penelitian ini menggunakan pendekatan struktural yakni peneliti berupaya memberikan gambaran secara objektif tentang kalimat inversi BKTB yang dikaji dengan melihat struktur kalimatnya. Pendekatan struktural dapat diterapkan ke dalam metode kajian distribusional atau metode agih (Djajasudarma, 1993:60).

2.5.2    Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan Teknik Pilah Unsur Langsung (PUL). Teknik pilah unsur langsung yaitu memilih data berdasarkan satuan lingual menjadi beberapa bagian atau unsur yang bersangkutan membentuk satuan lingual yang dimaksud. Sedangkan teknik lanjutnya yaitu teknik balik. Teknik balik adalah teknik analisis yang berupa pembalikan unsur satuan lingual data (Sudaryanto, 1993:72). Kegunaan teknik balik adalah untuk mengetahui pola struktur kalimat inversi. Apabila diterapkan teknik balik pada kalimat:
Maka kalimat:
1.    (a)     No-    rato    Wa Anti        inggafi    /           i         Manggasa
    3T     tiba    Wa Anti      kemarin         pung.   di      Makassar
P     S     K     K
V    N    N    Fprep.
‘Tiba kemarin, Wa Anti di Makassar.’
Struktur pada kalimat tersebut diubah menjadi:
(b)     Wa Anti     no-     rato     i     Manggasa     /     inggafi
    Wa Anti     3T     tiba    di    Makassar    pung.    Kemarin
    S     P     K         K
    N    V    Fprep.        N
‘Wa Anti tiba di Makassar, kemarin.’
Pola struktur kalimat (1a) P-K-S-K, kalimat tersebut merupakan kalimat inversi dengan fungsi P berupa kata norato ‘tiba’ dengan menempati peran aktif, mempunyai kategori verba (V), Wa Anti ‘Wa Anti’ yang menduduki fungsi S dengan menempati peran reseptif yakni peran yang mneyatakan subjek mengalami keadaan psikologis dari P dan mempunyai kategori nomina (N), inggafi ‘kemarin’ menduduki fungsi K dengan menempati peran temporal yakni partisispan yang mneyatakan waktu mempunyai kategori nomina (N), i Manggasa ‘di Makassar’ menduduki fungsi K dengan menempati peran lokatif yakni peran partisipan yang menyatakan tempat, mempunyai kategori frase preposisi (FPrep). Unsur kalimat tersebut mementingkan predikat daripada subjek sebagai topikalisasi kalimat. Pada umumnya kalimat dibentuk dengan mendahulukan subjek pada awala kalimat, meskipun P berada di depan kalimat tetap gramatikal.


III
HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

Pada bab ini dikemukakan hasil penelitian dan pembahasan. Data-data yang dianalisis berdasarkan fungsi, peran dan kategorinya. Data-data tersebut merupakan data yang berstruktur inversi yang kemudian dianalisis menggunakan teknik balik untuk membuktikan dalam bentuk kalimat normal. Maka hasil penelitian dan pembahasan dapat diuraikan sebagai berikut.
1.1    Variasi Kalimat yang Berpola P-S (Predikat-Subjek)
Kalimat dalam bahasa Kepulauan Tukang Besi dialek Tomia mengenal struktur yang berpola P-S. Struktur bagian-bagian kalimat ini berbeda dengan susunan yang lazim, yakni predikatnya mendahului subjek. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada data CR (07) berikut.
1.    (a) Meammo na sumiinne       na bhaisano kene ananomai.     (K07)
                    P                                        S
                  FV                                      FN
        ‘Sudah tidak ada yang melihat suami dan anak-anaknya’
  ‘Dibawa, mobil’
Dari hasil analisis data kalimat di atas dapat kita lihat bahwa dalam bahasa Kepulauan Tukang Besi dialek Tomia mempunyai pola P-S. Dari hasil pembalikan kalimat inversi ke kalimat normal menunjukan kalimat nomor 1a-3a mempunyai unsur fungsi yang sama, tetapi memiliki peran dan kategori yang berbeda.
Struktur kalimat tersebut masing-masing memiliki struktur kalimat yang sama yakni pada data kalimat (1a) Meammo na sumiinne na bhaisano kene ananomai ‘Sudah tidak ada yang melihat suami dan anak-anaknya’. Pada kata Meammo na sumiinne ‘Sudah tidak ada yang melihat’ menduduki fungsi P serta perannya pasif dan memiliki kategori frase verba (FV). Sedangkan pada kata na bhaisano kene ananomai ‘suami dan anak-anaknya’’ menduduki fungsi S berperan sebagai penderita dan memiliki kategori frase nomina (FN).
1.2    Variasi Kalimat yang Berpola P-O-S (Predikat-Objek-Subjek)
Kalimat inversi bahasa Kepulauan Tukang Besi dialek Tomia dietmukan pola yang berstruktur P-O-S, seperti tampak pada kata berikut:
2.    (a) Nosai    te heoluo/      La Ane.                             (K09)
         P             O                 S
         V            N                 N
  ‘Membuat tempat berlindung, La Ane’
 ‘Makan apa kami Ibu?’
Dari hasil analisis pembalikan kalimat inversi menjadi normal data tersebut terdapat pola P-O-S. Struktur kalimat pada data (2a) Nosai teheolua/ La Ane ‘Membuat tempat berlindung, La Ane’, masing-masing menduduki fungsi P pada kata Nosai ‘Membuat’ dengan menduduki peran aktif serta memiliki kategori verba (V), kata teheolua ‘tempat berlindung’ menduduki fungsi O memiliki peran sebagai sasaran dan mempunyai kategori nomina (N) serta kata La Ane ‘La Ane’ menduduki fungsi sebagai S berperan pelaku dan menempati nomina (N).
1.3    Variasi Kalimat yang Berpola P-Pel-S (Predikat-Pelengkap-Subjek)
Pola P-Pel-S dapat juga kita temukan dalam bahasa Kepulauan Tukang Besi dialek Tomia. Adapun struktur kalimat tersebut dapat kita perhatikan data di bawah ini:
3.    (a) Meammo nofaliako     ka sapo/     yamano.          (K06)
           P     Pel.     S
           FV    FPrep    N
‘tidak pulang ke rumah, ayahnya’
 ‘Panggilkan Pak Harun, Ani’
Berdasarkan hasil analisis data yang terdapat pada kalimat 9a-11a terdapat pola P-Pel-S dalam bahasa Kepualuan Tukang Besi dialek Tomia. Dapat dilihat bahwa pada kalimat (3a) Maemmo nofaliako ka sapo/ yamano ‘Tidak pulang ke rumah, ayahnya’ kalimat tersebut menunjukan tiga unsur, kata Meammo nofaliako ‘tidak pulang’ menduduki fungsi P dan berperan aktif yaitu peran yang menyatakan tindakan aktif serta memiliki kategori frase verba (FV), kata ka sapo ‘ke rumah’ menduduki fungsi pelengkap dan mempunyai peran sasaran dan menduduki kategori frase preposisi (Fprep.), sedangkan pada kat yamano ‘ayahnya’ menduduki fungsi S dan menempati peran reseptif yakni peran yang menyatakan subjek mengalami keadaan psikologis dari P.
1.4    Variasi Kalimat yang Berpola P-S-K (Predikat-Subjek-Keterangan)
Dalam bahasa Kepulauan Tukang Besi juga mengenal pola P-S-K. dapat dilihat dalam data berikut:
4.    (a) Annee     napodahanisu     mina i Cama        (K11)
P     S     K
V    N    Fprep.
‘Ada kenalanku yang dari Kantor Camat’
    ‘Pergi lihat badan La Andi sebentar’
Berdasarkan hasil analisis data di atas terdapat pola P-S-K. Data (4a) annee napodahanisu mina i Cama ‘Ada kenalanku yang dari Camat’ memuat beberapa unsur yakni kata Annee ‘ada’ menempati fungsi P dengan menduduki peran pasif dan menempati kategori verba (V), kata napodahanisu ‘kenalanku’ menempati fungsi S menduduki peran posesif yakni nomina yang memiliki sesuatu serta mempunyai kategori nomina (N), kata mina i Cama ‘yang dari Kantor Camat’ menduduki fungsi K dengan menempati peran lokatif yakni yang menyatakan tempat serta memiliki kategori nomina (N).
1.5    Variasi Kalimat yang Berpola P-O-S-Pel (Predikat-Objek-Subjek-Pelengkap)
Kalimat inversi bahasa Kepulauan Tukang Besi juga mengenal pola P-O-S-Pel. Hal ini dapat diperhatikan melalui analisis data berikut:
5.    (a)  Sirae     nafuta     Wa Abu     pooli sirie.               (K12)
                P           O              S                    Pel.
                V    N     N    FV
       ‘Siram itu tanah Wa Abu, sesudah itu sapu
 ‘Mengajari orang ayahku di sepedanya’
Data yang terdapat pada kalimat (5a) memiliki pola pel dengan peran dan kategori yang berbeda. Data (5a) Sirae nafuta Wa Abu/ pooli sirie ‘siram tanah Wa Abu sesudah itu sapu’, Sirae ‘siram’ menduduki fungsi P dengan menempati peran aktif serta memiliki kategori V, kata nafuta ‘tanah’ menduduki fungsi O dengan menempati peran sebagai sasaran dan memiliki kategori nomina (N), sedangkan pada kata Wa Abu ‘Wa Abu’ menduduki fungsi S dengan menempati peran sebagai pelaku serta memiliki kategori nomina (N), serta pada kata pooli sirie ‘sesudah itu sapu’ menduduki fungsi sebagai pelengkap dan menempati peran sebagai pasien serta memiliki kategori frasa verba (FV).
1.6 Variasi Kalimat yang Berpola P-O-S-K (Predikat-Objek-Subjek-Keterangan)
Kalimat inversi bahasa Kepulauan Tukang Besi dialek Tomia dapat ditemukan pola yang berstruktur P-O-S-K. seperti tampak pada analisis data berikut:
6.    (a) Nomanga     te kenta/     na beka     i piri.          (K05)
       P                 O               S               K
      V                 N              N              FPrep.
  ‘Makan ikan, kucing di piring’
Kalimat (6a) nomanga tekenta na beka i piri ‘dia makan ikan kucing di piring’, kata Nomanga ‘dia makan’ menduduki fungsi sebagai P dn menempati peran aktif dan menduduki kategori verba (V), tekenta ‘ikan’ menduduki fungsi O dengan menempati peran sebagai penderita yakni objek yang dikenai suatu pekerjaan, peristiwa, atau kejadian dan mempunyai kategori nomina (N), sedangkan pada kata na beka ‘kucing’ menduduki fungsi S dan menempati peran sebagai pelaku serta menduduki kategori nomina (N), i piri ‘di piring’ menduduki fungsi K dengan menempati peran lokatif yakni peran partisipan yang menyatakan tempat, menduduki kategori frasa preposisi (FPrep).
1.6    Interpretasi Hasil Penelitian
Kalimat dalam bahasa Kepulauan Tukang Besi dialek tomia mengenal kata yang melekat pada kata yang diikutinya. Pada struktur kalimat normal “te-“ jika diinversikan menjadi “na”. hal ini dapat dilihat dalam data berikut.
1.    (a) Meammo na sumiinne       na- bhaisano kene ananomai.    (K07)
                    P                                        S
        ‘Sudah tidak ada yang melihat suami dan anak-anaknya’
Struktur kalimat yang terdapat pada data 1 di atas mengenal kata yang melekat pada kata yang diikutinya. Dari struktur kalimat inversi “na-“ jika kata tersebut dinormalkan menjadi “te-”, sedangkan “ni” menjadi “i”. Pada kata inversi “na” pada kata yang melekat pada kata bhaisano menjadi “na- bhaisano” jika katanya dinormalkan maka akan menjadi “te- bhaisano”. Begitupun dengan kalimat 2 pada kata yang melekat pada kata “na- bhaisau” ketika diinversikan menjadi “te- bhaisau” kalimat 3 “na-oto” menjadi “te-oto”. Pada data yang terdapat pada nomor 4 pada kata “ni-kami” pada kalimat inversi ketika dinormalkan menjadi “i-ikami”.


DAFTAR PUSTAKA

Achmad, 1996. Sintaksis. Jakarta: Direktur Pendidikan Guru dan Tenaga Teknis.

Alwi, Hasan dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Depdikbud. 1992. Garis-garis Besar Haluan Negara (Tap MPR Nomor/r II/MPR/1993). Jakarta: Dirjen Dikti.

Depdiknas. 1999. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Djadjasudarma, Fatimah. 1993. Metode Linguistik. Bandung: PT ERESCO Anggota IKAPI.

Faududin. 1992. Pengembangan dan Inovasi Kurikulum. Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam dan Universitas Terbuka.

Keraf, Goris. 1984. Tata Bahasa Indonesia. Edge Flores: Nusa Indah.

Konisi, La Yani. 2006. Sintaksis Bahasa Indonesia. Kendari: Unhalu.

Kridalaksana, Harimurti. 1984. Kamus Linguistik. Jakarta: PT. Gramedia Jakarta.

------ 1984. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia.

Lyons, Jhon. 1995. Pengantar Teori Linguistik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Marafad, La Ode Sidu dkk. 2011. Mutiara Bahasa. Yogyakarta: Pustaka Pultika.

------ 2012. Sintaksis Bahasa Indonesia. Kendari: Unhalu Press.

Muliono, Anton M. 1992. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Perum Balai Pustaka.

Parera, Jos Daniel. 1994. Morfologi Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar